Menteri: Stagflasi mengancam Thailand
Thailand sedang menuju 'stagflasi' karena pengeluaran yang melumasi ekonomi tertinggal. Orang miskin tidak punya uang dan orang yang punya uang tidak membelanjakannya karena mereka tidak percaya akan masa depan.
Demikian kata Menteri Sommai Phasee (Keuangan) tentang situasi ekonomi Thailand saat ini, di mana saya langsung menunjukkan bahwa istilah 'stagflasi' tidak tepat, karena mengacu pada situasi di mana inflasi tinggi, pertumbuhan ekonomi melambat dan pengangguran tetap tinggi. Dari ketiga karakteristik tersebut, hanya yang kedua yang berlaku untuk Thailand.
Terlepas dari pengeluaran yang mengecewakan, Sommai tidak khawatir: pemerintah memiliki anggaran yang kuat dan langkah-langkah stimulus pemerintah yang akan segera dilakukan akan meningkatkan perekonomian. Dia berharap bisa melihat hasilnya pada kuartal pertama tahun depan.
Pandangan optimis Sommai untuk masa depan dimasukkan ke dalam perspektif Moody's Investors Service. Badan ini menunjukkan bahwa tingginya tingkat utang rumah tangga di beberapa negara Asia Tenggara menimbulkan risiko terhadap belanja swasta dan kualitas aset bank. Meski demikian, Rahul Ghosh, wakil presiden dan analis, mengatakan bahwa sektor perbankan di Asia Tenggara sehat dan bisa terpukul.
Menurut Moody, Malaysia dan Thailand paling rentan terhadap kenaikan suku bunga karena utang pemerintah yang tinggi dan karena pinjaman meningkat tajam dalam beberapa tahun terakhir. Di kedua negara tersebut, persentase utang rumah tangga terkait produk domestik bruto sangat tinggi: 87 persen di Malaysia dan 82 persen di Thailand.
Selain itu, utang rumah tangga telah meningkat relatif terhadap tingkat pendapatan di kedua negara, membuat pembayaran utang menjadi bermasalah, juga karena persyaratan yang lebih ketat dikenakan pada pinjaman.
Secara keseluruhan, Moody berpendapat bahwa risiko dapat dikelola karena sebagian besar negara Asia Tenggara memiliki neraca keuangan yang sehat. Kenaikan suku bunga dapat dikurangi dan risiko dikurangi dengan program stimulus pemerintah untuk mendukung pengeluaran domestik.
(Sumber: Bangkok Post, 21 Oktober 2014)
Orang yang telah membaca Das Kapital karya Karl Marx akan tahu bahwa itu semakin buruk. Yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Atau baca John Steinbeck: Grapes of Wrath.
Ini berlaku tidak hanya untuk Eropa dan Amerika, tetapi karena globalisasi di seluruh dunia. Keserakahan berkuasa. Suatu masyarakat hanya dapat bertahan dan makmur atas dasar hubungan yang wajar.
Saya sendiri memiliki kehidupan yang baik, tetapi saya malu dengan orang-orang yang melahap dunia tanpa hati nurani.
Thailand juga tidak bisa menghindarinya. Hutang semakin besar. Orang kaya akan segera menyimpan miliaran mereka di Bahama dan negara akan masuk neraka. Ini adalah tren global yang tidak akan berhenti dalam waktu dekat.