Polisi Thailand tidak percaya pemboman hari Jumat di Bangkok adalah balas dendam atas kematian simpatisan pemberontak Islam selatan. Pria itu meninggal saat dipenjara di kamp militer Daerah Angkatan Darat Keempat di Ujung Selatan.

Kabar yang beredar soal ini dibantah oleh juru bicara kepolisian Krissana kemarin. Laporan sebelumnya mengaitkan pria selatan yang meninggalkan semacam bom waktu di gerbang markas RTP dan delapan tersangka yang ingin membuat kekacauan di Bangkok atas kematian simpatisan. Kedua pria itu ditangkap pada hari Jumat di Chumphon dalam perjalanan kembali ke selatan. Bom itu dijinakkan tepat waktu.

Sumber dari tim investigasi mengatakan empat tersangka naik bus di Hat Yai (Songkhla) pada 31 Juli dan turun keesokan harinya di Mor Chit. Mereka naik taksi ke Makro di Pathum Thani di mana mereka berganti pakaian dan bepergian dalam dua kelompok yang terdiri dari dua orang dengan taksi yang berbeda.

Satu kelompok pergi ke Kompleks Pemerintah di Jalan Chaeng Watthana dan kelompok lainnya ke kantor Sekretaris Tetap Pertahanan di Pak Kret di Nonthaburi. Mereka kemudian melakukan perjalanan kembali ke Hat Yai melalui Mor Chit pada Kamis malam. Bom meledak di dua lokasi keesokan paginya. Keempat tersangka berbicara dengan dialek yang diucapkan di pedalaman Selatan.

Polisi mengatakan bom ditanam di lima lokasi di Bangkok dan Nonthaburi pada hari Jumat: satu di stasiun BTS Chong Nonsi dekat Menara Mahanakhorn dan dua di kompleks pemerintah di Jalan Chaeng Watthana dan dekat markas RTAF.

Pada Jumat malam, polisi menangkap tujuh mahasiswa yang dicurigai melakukan pengeboman di soi 57/1 Jalan Rama IX, namun mereka membantah terlibat.

Sumber: Pos Bangkok

Tidak ada komentar yang mungkin.


Tinggalkan komentar

Thailandblog.nl menggunakan cookie

Situs web kami berfungsi paling baik berkat cookie. Dengan cara ini kami dapat mengingat pengaturan Anda, memberikan penawaran pribadi kepada Anda, dan Anda membantu kami meningkatkan kualitas situs web. Baca lebih lanjut

Ya, saya ingin situs web yang bagus